“Wanita-wanita yang
keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula)”
.::(QS. An-Nuur: 26)::.
Apabila cinta memanggilmu, ikutlah
dengannya, walaupun jalan yang akan kalian lalui terjal berliku. Dan bila
sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah, meskipun pedang
yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Dan jika dia bicara
kepadamu, percayalah, walau ucapannya akan membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai
angin utara yang memporak-porandakan taman. Sebagaimana ia memahkotaimu, cinta
juga akan menyalibmu. Sebagaimana ia menumbuhkan kuncup dedaunmu, maka ia juga
akan memotong akar-akarmu. (Kahlil Gibran, Sang Nabi)
Sehingga,
seseorang pernah berkata. “Cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh
cinta untuk mengetahui watak dan kelemahanlembutan dirinya dalam citra
kekasihnya. Karena sebenarnya, ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya
sendiri”. Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu
akan menjadi kokoh dan kuat, tidak sirna kecuali oleh penghambat yang lebih
kuat dari penyebab cinta itu sendiri. Jika cinta dilatarbelakangi tujuan
tertentu pada diri orang yang dicintai, maka cinta itu akan cepat sirna jika
tujuan dibalik cinta itu sirna. Sebagian dokter berkata, “Cinta adalah
keterpaduan jiwa dan jiwa, karena adanya kesesuaian dan kecocokan. Jika air
bercampur dengan air, maka keduanya sulit dipisahkan. Sehingga cinta antara dua
orang sudah menyatu, yang satu akan menderita karena penderitaan yang lain,
yang satu ikut sakit karena yang lain sakit, tanpa disadarinya.”
Apabila
cinta masuk ke dalam diri seorang manusia, maka ia dapat mendorong seorang penakut
jadi pemberani, orang kikir menjadi dermawan, mencuci pikiran orang yang dungu,
memfasihkan lidah orang yang gagap, membangkitkan keinginan orang yang lemah, merendahkan
kehormatan para raja, menampakkan kehebatan para pemberani, merupakan pintu
pertama yang membelah pikiran dan kecerdikan, karenanya ada tipu daya yang
halus, gejolak menjadi tenang, akhlak dan kepribadian menjadi tertata, ada
kegembiraan yang menari-nari di dalam jiwa dan kesenangan yang bersemayam di
dalam hati. Seseorang tidak akan bisa menghindar dari cinta kecuali orang yang
hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman, serta
orang yang kasar perangainya, kurang waras atau tidak mempunyai gairah.
Apabila
seorang pria atau wanita sedang jatuh cinta, maka dia mempunyai tanda-tanda
yang membuktikannya. Tapi, ada perbedaan diantara keduanya diantaranya
dikatakan bahwa cinta bagi seorang pria itu ibarat gunung. Ia besar tapi konstan
dan rentan. Sewaktu-waktu ia bisa saja meletus, memuntahkan lahar, dan menghancurkan
apa saja yang ditemuinya. Sedangkan cinta bagi seorang wanita bagaikan kuku. Ia
hanya seujung jari tapi ia tumbuh perlahan-lahan, diam-diam dan terus-menerus bertambah.
Jika ia dipotong, ia tumbuh dan tumbuh lagi. Tanda-tanda orang jatuh cinta baik
itu pria atau wanita yang sebagiannya dapat terangkum dalam ungkapan yang indah
bahwa “Cinta itu ibarat pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada
kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah
ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah
ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di
dalam cinta ada satu bagian yang lowong, berarti cinta itu berkurang.”
Cinta takkan
memberikan apa-apa pada kalian, kecuali keseluruhan dirinya, dan ia pun tidak
akan mengambil apa-apa dari kalian, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak
memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta. (Kahlil
Gibran, Sang Nabi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar